Pengaruh Bahasa Sansekerta oleh Bahasa Melayu
1. Pengantar
“Svasti śrī śakavaŕşātīta 605 (604 ?) ekādaśī śu” Itulah penggalan dari prasasti Kedukan Bukit yang ditemukan pada tanggal 29 November 1920 M. Prasasti itu menyebut tahun baru Saka 605, yang diperkirakan semasa dengan tahun 683 Masehi. Adapun arti dari kalimat di atas adalah “Salam sejahtera. Pada tahun Saka 605, hari ke 11”.
Prasasti Kedukan Bukit merupakan prasasti tertua berbahasa Melayu Kuna yang berhasil ditemukan hingga saat ini. Menurut para ahli, kendatipun ditulis dalam bahasa Melayu Kuna, prasasti ini dijejali dengan berbagai kata dari bahasa Sanskerta, seperti kata vulan yang berarti bulan. Aksara yang digunakan pun aksara Pallawa, yang merupakan aksara Sanskerta pada masa itu. Beberapa prasasti lain yang lebih muda seperti prasasti Talang Tuwo, dekat Palembang (684 M, huruf Pallawa), prasasti Kota Kapur, Pulau Bangka (686 M, huruf Pallawa), prasasti Karang Brahi, Meringin, daerah Hulu Jambi (686 M, huruf Pallawa), prasasti Gandasuli, Jawa Tengah (832 M, aksara Nagari) dan prasasti Keping Tembaga Laguna, dekat Manila, Filipina, juga menunjukkan gejala yang mirip.
Meskipun pengaruh dahsyat dari bahasa Sanskerta sudah surut sejak abad ke-14 Masehi, jejak-jejaknya masih terasa sampai saat ini, sehingga menarik untuk dikaji lebih lanjut bagaimana betul pengaruh yang dimiliki bahasa tersebut terhadap bahasa Melayu Kuna.
2. Bahasa Sanskerta
Bahasa Sanskerta yang dimaksud di sini adalah bahasa klasik yang pernah dipakai di India. Bahasa ini sudah arkais saat ini dan tinggal menjadi bahasa agama saja, karena dijadikan sebagai bahasa kitab suci (umat Hindu-Buddha). Ia dituliskan dalam huruf Pallawa atau Dewanagari. Kehadiran bahasa Sanskerta di bumi Nusantara dapat dibuktikan dengan prasasti-prasasti yang ditemukan, dan rata-rata prasasti tersebut bertahun antara abad ke-tujuh Masehi sampai abad ke-sembilan Masehi. Dapat dikatakan bahwa bahasa Sansekerta sudah menunjukkan pengaruhnya pada masa prasasti itu ditulis.
Pengaruh bahasa Sansekerta ini bisa terjadi akibat pedagang, tokoh agama, dan peran kerajaan yang memberi keleluasaan kepada bahasa Sansekerta untuk berkembang dan hidup berdampingan dengan bahasa Melayu Kuna.
Namun sebagaimana yang dikatakan Muhadjir (2000), bukti-bukti peninggalan dari bahasa Sansekerta tersebut tidak begitu banyak, terutama jika dilihat dari rentang waktu yang begitu panjang. Kemungkinan, demikian Muhadjir, bukti-bukti itu dimusnahkan sebagai akibat pergantian pengaruh agama yang menyusul sesudahnya.
3. Fonologi bahasa Sansekerta
Bahasa Sansekerta memiliki sistem fonologi sebagai berikut:
Bunyi vokalnya saja terdiri dari 7 vokal pendek dan 6 vokal panjang. Sedangkan bunyi konsonannya meliputi 26 konsonan. Dari segi jumlah, jauh melebihi bunyi bahasa yang terdapat dalam bahasa Melayu, yang hanya memiliki 6 bunyi vokal dan 19 bunyi konsonan.
a. Vokal
- Pendek:
- /a/, /i/, /u/, /ṛ/, /ḷ/, /e/, dan /o/. (Kedua fonem vokal /ṛ/ dan /ḷ/ tidak terdapat dalam bahasa Melayu Kuna)
- Panjang:
- /a:/, /I:/, /u:/, /ṛ:/, /ḷ:/, /ai/, dan /au/. (Semua fonem panjang tidak terdapat dalam bahasa Melayu Kuna)
b. Konsonan
- Eksplosiva
- /k/, /g/, /c/, /j/, /ṭ/, /ḍ/, /t/, /d/, /p/, /b/. (Fonem /ṭ/ dan /ḍ/ tidak dimiliki oleh bahasa Melayu)
- Eksplosiva yang disertai hembusan
- /kh/, /gh/, /ch/, /jh/, /ṭh/, /ḍh/, /th/, /dh/, /ph/, /bh/. (bunyi-bunyi ini tidak terdapat dalam fonem konsonan bahasa Melayu, karena itu mengalami penyesuaian)
- Sengau
- /ŋ/, /ñ/, /ṇ/, /n/, /m/. (Bahasa Melayu tidak memiliki fonem sengau/nasal /ṇ/)
c. Semivokal
- /y/, /r/, /l/, /w/
d. Aspiratif (sibilant/bunyi desis)
- /ś/, /ṣ/, /s/, /h/
e. Lain-lain
- /ḥ/, /ṃ/
4. Bahasa Melayu Kuna “dalam Pengaruh” Sansekerta
a. Fonologi
Perbedaan fonologis yang cukup merata ini disiasati oleh bahasa Melayu dengan melakukan beberapa penyesuaian, baik dalam fonem vokal maupun dalam fonem konsonan. Penyesuaian dalam fonem vokal antara lain terjadi pada fonem panjang; semua vokal panjang dalam bahasa Sansekerta berubah menjadi pendek dalam bahasa Melayu Kuna, sehingga yang terdapat dalam bahasa Melayu Kuna hanyalah fonem vokal pendek.
Sedangkan penyesuaian dalam fonem konsonan terjadi dalam beberapa fonem konsonan Sansekerta berikut:
- Vokal /r/ dalam bahasa Sansekerta dilafalkan sebagai /rə/ atau /‘ər/, sedangkan dalam bahasa Melayu pelafalannya menyesuaikan sehingga menjadi /ri/ atau /rə/. Bahasa Sanskrta sendiri di Melayu/Indonesia dilafazkan sebagai Sansekerta, tetapi di India diucapkan sebagai Sanskrit.
- Konsonan retrofleks (eksplosif) yang tidak ada padanannya dalam bahasa Melayu, disesuaikan menjadi konsonan dental. Contoh /ṭ/, /ḍ/ menjadi /t/ dan /d/.
- Sibilant (bunyi desis) yang terdiri dari beberapa bunyi dalam bahasa Sansekerta, dalam bahasa Melayu hanya satu, sehingga /kṣatriya/ dieja menjadi /ksatria/. Walaupun sibilan retrofleks atau palatal ini ditulis menggunakan huruf syin ش. /kṣatriya/ dieja sebagai کشتريا.
- Semivokal /y/ dan /w/ pada posisi awal berubah menjadi /j/ dan /b/. Contoh: kata-kata “jantera”, “bareksa”, “berita”, dan “bicara”.
- Anusvara /ṃ/ (/m./) dalam bahasa Melayu dilafazkan sebagai /ŋ/ atau sebagai sengau homorgan.
- Banyak konsonan yang mendapat aspirasi dalam bahasa Melayu Kuna sebagai akibat pengaruh dari bahasa Sansekerta. Seperti dh dalam /siddhayatra/.
- Pelestarian bunyi aspiratif /s/. /bhāṣa/ disesuaikan menjadi /bahasa/.
b. Kosa Kata
“Penyesuaian” fonologis hanyalah salah satu cara yang ditempuh bahasa Melayu Kuna dalam menghadapi gempuran pengaruh dari bahasa Sansekerta. “Penyesuaian” lain yang dilakukan bahasa Melayu, yang tidak kalah uniknya dari “penyesuaian” di atas, adalah peminjaman atau penyerapan. Banyak sekali ditemukan kata-kata dari bahasa Sansekerta yang dipungut dan digunakan oleh bahasa Melayu Kuna. Bahkan di antara kata-kata itu ada yang masih digunakan sampai sekarang. Meskipun di satu sisi, bahasa Melayu sudah mengalami beberapa masa peralihan dan di sisi lain, terjadi sedikit pergeseran pada kata-kata tersebut, baik pergeseran yang sifatnya fonologis maupun semantis atau makna.
Memang, bukti dari penggunaan kata-kata tersebut oleh Melayu Kuna hanya bisa dipastikan melalui beberapa prasasti yang ditemukan, seperti telah disinggung dalam pengantar di atas. Akan tetapi, berlangsungnya penggunaan tersebut sampai saat ini dapat dijadikan bukti bahwa pengaruh bahasa Sansekerta begitu mengakar terhadap bahasa Melayu. Sebegitu mengakarnya, sebagian dari kata-kata Sansekerta ini hampir-hampir tidak lagi dikenali saat ini sebagai kata yang berasal dari bahasa Sansekerta (ada yang menghitung, jumlah kosa kata bahasa Sansekerta yang masih digunakan dalam bahasa Indonesia mencapai lebih kurang 800 kata).
Mari kita lihat beberapa kosa kata berikut, yang sudah digunakan semenjak tahun 1303 M di Terengganu, tempat prasasti yang memuat kata-kata Sansekerta ini ditemukan.
Bahasa Melayu |
Bahasa Melayu |
derma |
suami |
acara |
raja |
bumi |
bicara |
keluarga |
atau |
denda |
agama |
merdeka |
bendara |
menteri |
isteri |
seri paduka |
|
5. Lain-lain
Kata-kata bercetak miring di bawah ini pernah dipakai dalam sebuah prasasti berbahasa Melayu Kuna. Makna atau arti dari kata itu dalam bahasa Melayu/Indonesia saat ini terdapat pada kata bertanda petik sesudahnya. Terlihat tidak terlalu banyak perbedaan fonologis antara keduanya.
Vulan ‘bulan‘, nayik ‘naik‘, samvau [sampau] ‘sampan (maksudnya perahu yang besar)‘, mangalap ‘mengambil (maksudnya mencari)‘, marlapas ‘berlepas‘, mamava ‘membawa‘, vala ‘bala (balatentera)‘, laksa ‘menyatakan jumlah yang tidak terkira banyaknya‘, dangan ‘dengan‘, sarivu ‘seribu‘, tlu ; telu ‘tiga‘, sapuluh dua ; sepuluh dua ‘dua belas‘, vanakna ‘banyaknya‘, sukhacitta ‘sukacita‘, marvuat ‘berbuat‘, vanua ; benua ‘negeri‘, ko ‘ke‘.
(SR/bhs/41/08-07)
Sumber :
- Collins, James T. 2005. Bahasa Melayu Bahasa Dunia Sejarah Singkat (penerjemah Evita Elmanar). Jakarta: Yayasan Obor Indonesia.
- www.apakabar.ws
- www.csmonitor.com
- www.indo.net.id
- Muhadjir. 2000. Bahasa Betawi: Sejarah dan Perkembangannya. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia.
- http://ms.wikipedia.org
Kredit foto :
- www.gippsland.monash.edu.au
- id.wikipedia.org
Artikel yang bagus! ❤️